Home » » Mitos Optimalisasi Keyword Density Untuk SEO

Mitos Optimalisasi Keyword Density Untuk SEO


Mitos Optimalisasi Keyword Densiry Untuk SEO - Keyword density (kepadatan keyword) merupakah tema hangat di kalangan pegiat SEO yang seolah tidak pernah ada habisnya.
Kita sering membaca beberapa posting blog atau forum yang berbicara mengenai persentase keyword dalam konten/post, ada yang bilang 7%, 8 %, 10%, dan seterusnya. Ada pemahaman (atau setidaknya anggapan) bahwa search engine memiliki patokan tertentu dalam menilai relevansi suatu halaman web dengan menggunakan ukuran atau parameter untuk mengukur seberapa banyak/sering suatu keyword disebutkan di dalam konten. Kemudian para webmaster, blogger, dan penulis konten berlomba-lomba menentukan persentase kepadatan keyword di dalam konten yang ditulisnya, dengan harapan konten tersebut mendapat ranking baik di Google.


Mitos Optimalisasi Keyword Density untuk SEO :

Saya pribadi memiliki pemikiran bahwa keyword density bukan hal krusial, bahkan tidak perlu diperhitungkan.
SEO seolah-olah menjadi perhitungan matematis dimana segala sesuatunya jelas setelah dihitung, seperti poin-poin teknik SEO yang sering kita temui, misalnya: Jika kepadatan keyword mencapai persentase ideal, maka ranking baik dapat diraih; jika backlink berjumlah sekian, maka pagerank yang akan didapat bisa diperkirakan; jika posting terlalu panjang atau pendek, maka bisa berakibat buruk terhadap SEO (kemudian muncul secara luas standar jumlah kata [mis: 300 kata] dsb); dan masih banyak lagi perhitungan matematis lainnya.


Mitos-mitos tersebut tidak memiliki bukti apapun kecuali “pembodohan”. Padahal ada banyak signal non matematis yang jauh lebih berpengaruh, misalnya kualitas konten (originalitas, relevansi, dll); social signals (efek viral dari linking/sharing oleh pembaca/pengunjung melalui web/blog lain atau social media); usaha onpage SEO yang sangat banyak; backlink berkualitas dan bukan sekedar jumlah link, dan lain sebagainya.
Semua itu tidak bisa diperhitungkan dengan angka, apalagi diteliti dan diaplikasikan dengan parameter kuantitatif. Kita hanya bisa memperkirakan dan mengambil cara yang dianggap terbaik; tapi bukan dengan berhitung. Hal-hal seperti inilah yang semestinya diperhatikan.


Matt Cutts menjawab sebuah pertanyaan mengenai “keyword density dan persentase idealnya” dalam video berikut:



Pemaparan Matt Cutts di atas dapat saya disimpulkan dalam 3 poin penting berikut:
  1. Search engine modern, seperti Google, tidak melihat relevansi melalui persentase atau jumlah keyword, Bahkan apabila keyword dibuat terlalu banyak di dalam suatu konten, alih-alih akan menjadi spam (keyword stuffing).
  2. Menyebutkan atau memberikan kandungan keyword pada awal konten atau bagian tertentu bagus untuk memberikan gambaran relevansi. Tapi keyword yang diulang terus-menerus (guna memenuhi persentase kepadatan keyword tertentu seperti yang telah disarankan oleh seseorang), bukan berarti peluang ranking akan semakin tinggi.
  3. Cara terbaik untuk menanamkan keyword adalah dengan cara natural (saya menyebutnya sebagai “cara yang tidak disengaja”), yaitu sesuai dengan kebutuhan kalimat atau tulisan yang dibuat. Suatu keyword muncul karena memang dibutuhkan, bukan “dipaksakan”, serta tidak merusak efisiensi berbicara. Oleh karena itu, sangat tidak mungkin memperkirakan jumlah atau persentase kepadatan keyword lalu menerapkan persentase yang sama pada setiap konten (yang pastinya berbeda satu sama lain).
Untuk memudahkan pemahaman mengenai keyword yang natural dan tidak natural, ada satu cara sederhana yang cukup efektif. Baca tulisan atau artikel anda dengan bersuara. Pastikan anda membaca kata demi kata.
Dengan cara ini, anda akan mengetahui apakah susunan kata dan “pembicaraan” yang dibuat tampak berlebihan atau tidak. Pembaca sendiripun sebenarnya dapat merasakan apakah dia cukup nyaman membaca suatu artikel melalui kata-kata yang digunakan. Keyword yang tidak natural menyebabkan berbelit-belitnya suatu kalimat.


Jika masih belum begitu “ngeh” dengan apa yang saya maksudkan, berikut satu contoh penggunaan keyword tidak natural:
Baju Korea adalah gaya busana yang sangat digandrungi remaja. Tidak pelak lagi, baju Korea merupakan komoditas besar bagi para reseller maupun Grosir baju Korea. Jika anda tertarik menjadi reseller baju Korea melalui grosir baju Korea kami, cukup pesan katalog baju Korea kami gratis, dan anda akan mendapatkan berbagai macam referensi baju Korea untuk anda tawarkan kepada para penggemar baju Korea.
Bandingkan dengan paragraf berikut:
Baju korea adalah gaya busana yang sangat digandrungi remaja dan tidak pelak lagi menjadi komoditas besar bagi para reseller maupun grosir pakaian. Jika anda tertarik berjualan atau menjadi reseller melalui kami, cukup pesan katalog gratis, dan anda akan mendapatkan berbagai macam referensi baju Korea untuk anda tawarkan.
Dengan demikian, telah jelas bahwa menentukan standar persentase keyword density bukanlah parameter atau strategi valid dalam SEO. Tidak ada satu pun cara atau alat yang bisa dipakai untuk mendapatkan gambaran ranking secara akurat. Alin-alih, keyword density justru digunakan sebagai cara bagi perusahaan SEO untuk “menjual” produk yang sama sekali tidak bermanfaat apapun. Ingat, ada banyak tawaran software atau layanan SEO. Diantaranya mengeksploitasi mitos-mitos SEO yang kebenarannya sudah ditepis oleh berbagai pihak, baik dari search engine maupun oleh para pionir SEO.

Keyword density terbentuk dengan baik dan dengan sendirinya apabila kita konsisten dengan konten yang diusung, sehingga search engine kemudian mendapatkan “kesimpulan” niche suatu web/blog. Akan tetapi, semua itu tidak dapat diukur dengan angka. Menentukan dan menggunakan keyword yang dipilih dalam konten adalah hal penting, tetapi menentukan persentase pastinya (kepadatannya) adalah hal yang berlebihan. Jikapun kita dapat mengukur kepadatan keyword pada konten dengan keyword density tool yang banyak bertebaran, itu hanyalah sebuah gambaran.

Akhirnya, saya ingin mengutip beberapa statement sederhana dari para pakar SEO dunia:
Rand Fishkin, SEOMoz:
‘Search engine modern tidak pernah menggunakan keyword density‘
Aaron Wall, SEOBook:
‘Keyword density adalah konsep yang berlebihan’
Lyndon Antcliff, CornWallSEO:
‘Saya tidak melakukannya secara matematis’
Sebastian, Sebastian’sPamphlets:
‘Keyword density optimal adalah sebuah mitos’
Shana Albert, SocialDesire:
‘Saya tidak menggunakan kalkulator’
Terima kasih semoga bermanfaat.

sumber : http://tautweb.com/menguak-mitos-optimalisasi-keyword-density-untuk-seo/
Jika anda menyukai artikel Mitos Optimalisasi Keyword Density Untuk SEO dan ingin memosting artikel ini.

Bila Anda menjumpai BROKEN LINK atau LINK YANG RUSAK, silahkan berkomentar di bawah postingan pada kotak komentar yang disediakan.

0 komentar:

Peraturan berkomentar di blog's POETRA PAKUMIS

- Silahkan berkomentar sesuai artikel bisa berupa saran dan kritik,
- Anda juga bisa menggunakan gambar EMOTICON pada komentar,
- Mohon untuk tidak meletakan Link Hidup, Sara, Dan Spam.
- Sebisanya komentar anda saya balas dengan Cepat,
- Untuk mengetahui balasan komentar dari saya silahkan berlangan artikel.